Demak – Bagi Ahmad Fikri warga desa Jungsemi kecmatan Wedung menggarap sawah atau tanam padi  adalah sebuah warisan leluhur yang perlu dilestarikan. Oleh karena apapun kondisinya setia tahun ia pasti menggarap sawah atau menanam padi . Sehingga beras yang dimakan setiap hari adalah hasil panen dari sawah yang digarapnya.

Meskipun ia menekuni beberapa  pekerjaan lain namun bertani adalah suatu keharusan baginya. Ia sudah kecanduan menggarap sawah jika dihitung ia sudah ada 25 tahun menanam padi . Dalam waktu asepanjang itu memag banyak suka dan duka ia alami namun banyak sukanya.

“ Ya meskipun saya sudah piindah dari desa kelahiran namun saya tetap menggarap sawah leluhur di desa Mutih Kulon. Bagi saya menghgarap sawah meski dilihat berat namun ada berkahnya. Salah satunya ada beras selalu tersedia di rumah tanpa harus beli “, kata Ahmad Fikri pada kabrseputarmuria Minggu 16/3/2025

Tahun 2025 ini Fikri menggarap lahan seluas 1 hektar di area perswahan blok Babatan desa Mutih Kulon. Padi yang ditanamnya pada bulan Januari lalu kini dalam hitungan hari akan panen. Tanaman padi kelihatan hijau subur dan bulir bulir adi yang ditanam mulai merunduk.

“ Ini kalau dihitung waktu sebelum lebaran nanti bisa di panen. Alhamdulillah MT 1 ini kelihatannya bagus mudah mudahan sampai nanti panen. Sehingga lebaran nanti gabah gabah sudah selesai di panen “, kata Fkri

Sebagai petani selama lebih 20 tahun ia jarang menjual padi siap panen kepada tengkulak atau penebas. Sehingga jika padi telah menguning dan siap panen ia datangkan mesin pemanen . Dengan biaya sendiri ia sewa mesin dan gabah gabah lalu dikeringkan baru dijual pada pengepul atau tengkulak.

“ Gabah gabah hasil panen tidak saya jual semua , namun sekitar 25 persen saya sisihkan untuk di giling menjadi beras. Sehingga setiap waktu di rumah selalu tersedia beras hasil panen sendiri.Ini jarang dilakukan oleh para petani biasanya padi yang siap panen langsung ditebaskan pada tengkulak”, tambah Fikri.

Memang memanen sendiri butuh waktu dan tenaga serta biaya . Namun jika dihitung hasilnya akan lebih banyak jika di panen sendiri kemudian baru dijual kepada tengkulak. Selain itu beras yang kita makan sehari hari adalah hasil sendiri . Tanpa masalah jika ada kenaikan harga beras sewaktu waktu.

Bertani menanam padi menurut Ahmad Fikri banyak ungtungnya daripada ruginya. Meskipun tidak besar namun ada berkah yang di rasakan . Menggarpa sawah seluas 1 hektar biaya garap setahun mulai dari sewa lahan , biaya operasional semuanya dalam 2 masa panen butuh modal sekitar Rp 40 Juta rupiah.

Dalam satu tahun bisa panen 2 kali adapun perolehan hasil rata rata yang telah ia jalani lebih dua puluh tahun. Satu kali panen minimal dapat 6,5 ton . Adapun harga jual gabah setelah panen rata rata Rp 5.000/perkilo . Sehingga keuntungan minimal perpanennya sekitar Rp 12.5 juta atau Rp 25 juta setahun.

“ Nilai Rp 25 juta setahun itu nilai minimal . Sehingga setiap bulannya ketemu Rp 2 juta memag tidak begitu  besar namun kerja petani tidak fuul karena bisa disambi kerja yangv lain sepertin saya kadang tukang kayu , dan juga serabutan lainnya “, kata Ahmad fikri menutup sua. (Pak Muin)