Demak – Meski sudah memasuki musim hujan namun harga garam krosok di lahan di sentra produksi garam belum ada kenaikan. Namun harga garam justru cenderung turun karena pembelian garam dari tengkulak terus turun. Sehingga petambak masih menahan garamnya di dalam gudang di area tambak garam.
Penurunan harga garam diantaranya adalah kondisi hujan yang turun setiap hari. Sehingga aktifitas bongkar muat garam terhenti. Selain itu juga stok garam para tengkulak atau pedagang masih banyak. Akibatnya harga garam tidak naik namun cenderung mangalami penurunan.
Sutriman petambak garam dari desa Kedungmutih pada kabarseputarmuria mengatakan, harga garam tahun 2024 ini tidak sebagus tahun sebelumnya. Pada panen terakhir sebelum musim hujan harga garam di lahan per kwintalnya mencapai Rp 80 ribu. Namun saat ini hanya di tawar pengepul paling tinggi Rp 75 ribu.
“ Tahun ini harga garam standar malah cenderung dibawah normal . Kalau tahun sebelumnya perkwintal laku Rp 110 ribu ketika panen. Namun pada tahun 2024 paling tinggi Rp 90 Ribu. Malah pada Januari 2025 ini cenderung turun yang dekat jala raya perkwintalnya bisa laku Rp 75 ribu . Kalau yang jauh paling ditawar Rp 65 ribu”, kata Sutriman.
Sutriman yang lebih 30 tahun membuat garam krosok menambahkan, produksi garam tahun 2024 ini tidak maksimal seperti tahun 2022 atau 2023. Di tahun 2024 ini panasnya tidak begitu kuat . Selain itu dibulan bulan awal produksi masih ada hujan.
Akibatnya meski panen raya namun hasilnya tidak begitu banyak karena adanya mendung bahkan kadang hujan. Jika dihitung dari tahun sebelumnya hasil garam pada tahun 2024 ini sekitar 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga simpanan garam di gudang juga tidak begitu banyak.
“ Selain hasil produksi yang tidak banyak , harga garam juga standar malah cenderung turun sehingga penghasilan petambak garam tahun ini ya biasa saja . Cukup hanya untuk makan sehari hari saja. Sedangkan yang tersimpan dalam gudang juga tidak banyak “, kata Sutriman lagi. ( Pak Muin )