Jepara – Imbas dari panen raya garam di area produksi garam di Jepara membuat harga garam mulai terjun bebas . Dengan semakin banyaknya stok garam di lahan membuat harga tawar merendah . Hal ini biasa terjadi pada setiap tahun produksi . Apalagi  tahun lalu harga garam sangat tinggi dan stok tahun lalu berlebih.

Melihat kondisi harga garam yang terus menurun membuat sebagian petambak garam tidak menjual garamnya . Namun garam garam hasil panen langsung di masukkan ke dalam gudang untuk disimpan . Meski harus mengeluarkan biaya tambahan untuk angkutan namun hal itu dilakukan agar garam mempunyai nilai tambah ke depannya.

“ Ya awal awal dulu ketika harga satu keranjang masih Rp 90 ribu – 100 ribu kita jual terus. Namun setelah lebih dua bulan ini harga terus turun setiap harinya untuk hari ini ya laku Rp 45 ribu – 50 ribu perkeranjangnya. Hari ini garam mulai masuk ke gudang untuk disimpan siapa tahu naik lagi seperti tahun lalu “, kata Agus petambak garam warga desa Bulak Baru pada kabarseputarmuria Kamis 29/8/2024

Agus mengatakan , setiap tahun ia pasti menyimpan garam karena setiap panen raya harga garam pasti turun. Oleh karena itu ketika harga garam turun iapun memasukkan garam hasil panen ke dalam gudang di pinggir jalan raya. Meskipun harus keluar biaya ektra untuk membuat gudang namun hal itu sudah biasa ia lakukan.

Lafiq petambak garam Jepara warga desa Panggung kecamatan Kedung

Hal sama jug dikatakan Lafiq petambak garam asal desa Panggung, petambak garam harus punya simpanan garam . Selain bisa menahan turunnya harga garam di lapangan ketika panen raya.  Garam itu merupakan simpanan yang nanti bisa dibongkar ketika harga garam naik. Selain itu petambak bisa punya uang yang besar untuk kebutuhan yang besar pula.

“ Kalau dijual setiap hari uang tersebut biasanya untuk kebutuhan harian. Sehingga kalau dijual terus ke depannya petambak tidak punya simpanan . Lain kalau petambak itu punya simpanan garam dan dibongkar ketika harga bagus . Maka petambak punya uang untuk kebutuhan yang besar “, kata Lafiq.

Namun demikian Lafiq menambahkan , agar petambak mempunyai simpanan garam maka pertambak butuh dana talangan dari lembaga keungan semacam bank . Ketika petambak butuh kebutuhan harian misalnya makan sehari hari , biaya sekolah dan juga biaya untuk membuat gudang . Dana talangan atau pinjaman tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan tersebut.

“ Nah karena kebanyakan petambak garam tidak punya agunan atau jaminan. Maka ya garam dalam gudang itulah sebagai jaminannya. Saya berharap pemerintah bisa meluncurkan kredit atau pinjaman untuk petrambak dengan system resi gudang dan tentunya bunganya juga harus ringan”, kata Lafiq.

Tanpa ada campur tangan dari pemerintah dengan pemberian kredit atau pinjaman dengan sistem resi gudang ini . Petambak yang punya modal besar atau tengkulaklah  yang diuntungkan dengan adanya fluktuasi harga garam . Setiap waktu terjadi kenaikan atau penurunan harga garam yang signifikan. Bisa tinggi dan juga tiba tiba bisa murah. ( Pak Muin)