Jepara – Harga garam pada tahun 2022 di Jepara paling tinggi 10 tahun terakhir ini. Sehingga pada tahun ini petambak garam di Jepara perolehan hasil berupa uang berlipat dibandingkan tahun 2021. Hal itu karena harga garam mulai panen sampai akhir tidak ada penurunan justru terus naik sampai akhir panen.Apalagi ketika stok garam mulai menipis harga garam terus naik seiring dengan datangnya musim hujan.
” Untuk jumlah produksi atau hasil garam saya tidak bisa menghitung secara rinci.Kalau untuk perolehan uang saya pastikan hasilnya naik berlipat jika dibandingkan penghasilan tahun 2021.Itu karena harga garam masih tinggi bahkan sampai datangnya hujan harga masih bagus. Jauh diatas harga kekinian atau standart petambak sudah kembali modal”, ujar Munawarto tokoh petambak garam desa Kedungmalang yang dihubungi kabarseputarmuria Selasa,28/2/2023
Munawarto mengatakan , ia menjual garam terakhir dengan harga Rp 3.600/Kg dan harga itu bisa dikatakan 3 kali lipat dari BEP petambak garam yang saat ini diatas Rp 100 ribu. Artinya petambak garam bisa mendapat untung yang lebih jika harga garam diatas Rp 100 ribu. Dulu harga Rp 50 ribu petambak sudah dapat untung meski kecil .Namun seiring dengan kenaikan biaya upah ,biaya sewa lahan dan peralatan maka harga garam Rp 50 ribu perkwintalnya petambak jadi rugi.
” Untuk tenaga kerja saja dulu hanya Rp 100 ribu perhari kerja namun untuk saat ini minimal Rp 150 ribu. Untuk sewa juga demikian mengikuti harga garam jika harga garam naik sewa lahan juga ikut naik. Untuk peralatan sekarang harus pakai geomembran di meja kristalisasi yang harganya juga tinggi. Jadi agar petambak bisa mendapatkan hasil harga garam harusnya diatas Rp 100 ribu itu perkiraan untuk pas nya harus dihitung “, tambah Munawarto.
Terkait lahan garam di Jepara menurutnya pertambahan dan pengurangannya tidak begitu signifikan. Berkurangnya lahan tambak karena tergerusnya abrasi yang tidak berhenti sampai saat ini.Sedangkan penambahan area tambak yaitu sawah yang tidak produktif dialih fungsikan sebagai lahan tambak untuk membuat garam ketika musim kemarau.Contohnya daerah Semat dan Tanggultlare banyak sawah yang alih fungsi untuk lahan tambak.
” Abrasi di Jepara kelihatannya belum selesai namun terus bertambah salah satu solusi yaitu pengurangan aliran sungai Wulan sebagian dialirkan kembali sebagian ke SWD II seperti dulu. Sehingga pantai Kedung Jepara kebagian lumpur dari hulu dan hak ini bisa mengurangi abrasi di pantai karena ada tumpukan lumpur yang terbawa aliran sungai SWD II”, imbuh Munawarto.
Harga garam yang tinggi juga diakui Hamzawi Anwar pengepul garam asal desa Kedungmutih Demak . Harga garam sampai awal bulan Februari ini diatas truk sudah mencapai Rp 400 ribu . I a masih setor garam kepada yang membutuhkan namun jumlahnya tidak banyak.Ia melayani pelanggan pelanggan lama yang dulu ambil garam padanya.
” Ini harga tertinggi semenjak saya terjun usaha Jual beli garam .Tahun 2017 lalu harga garam tertinggi Rp 340 ribu perkwintal .Namun tahun ini sydah mencapai Rp 400 ribu.Jadi petani yang masih punya simpanan garam ya untung besar “, kata Hamzawi .( Muin )