Boyolali – Desa Merdeka : Desa Ketaon dikenal sebagai salah satu sentra penghasil jagung di Boyolali, Jawa Tengah. Kehadiran program Desa Binaan Pertamina, telah mendorong peningkatan ekonomi warga, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan masayrakat yang berkesinambungan.

Belasan ibu rumah tangga dan remaja putri, satu persatu mencoba egg roll jagung yang diedarkan Tiwuk, saat  pameran Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) Expo, di JHCC. Baru satu gigitan kue renyah dicicipi,  berbagai pertanyaan dilontarkan kepada Tiwuk. Gadis lulusan SMA itu pun dengan sabar dan lancar menjelaskan pembuatan penganan berbahan dasar jagung.

Perempuan berambut sebahu itu pun memutar kembali memori pergulatannya bersama sang ibu, Martini, dalam menggeluti bisnis produk olahan jagung yang dimulai dua tahun lalu. Sesekali ia juga menjelaskan, betapa bersyukurnya ia mendapatkan bantuan modal alat dan juga ilmu membuat kue yang diberikan Pertamina bekerjasama dengan Universitas Negeri Semarang (Unes).

“Begitu kampung kami dijadikan sebagai lokasi Desa Binaan Pertamina, saya langsung bertekad inilah jalan keluarga kami menuju kemandirian. InshaaAllah ada keyakinan, ada bantuan gratis dan mumpung ada kesempatan harus dimaksimalkan,” jelasnya.

Tahun 2011, Pertamina menggandeng Unes untuk menjadikan Desa Ketaon sebagi desa binaan. Desa yang letaknya berada di sekitar Terminal BBM Ketaon itu mendapat 11 program binaan yang mencakup bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan infrastruktur.

Menurut Tiwuk, mayoritas penduduk Desa Ketaon bermatapencaharian sebagai petani jagung. Selama ini, mereka hidup dalam kondisi pas-pasan. Hasil bumi jagung manis dan hibrida, selalu anjlok saat panen tiba. Melihat potensi tersebut, Unes mulai merumuskan program desa binaan dengan bantuan dana dari Pertamina.

Di bidang pendidikan digulirkan bantuan perlengkapan dan peralatan sekolah, pendidikan kewirausahaan bagi remaja Desa Ketaon, peningkatan ketrampilan guru-guru desa, pengembangan perpustakaan sekolah dan bimbingan belajar.  Di bidang ekonomi, dibuat kelompok usaha boga bahan baku jagung, melalui pelatihan pengolahan pasca panen jagung menjadi produk setengah jadi (tepung jagung), diversifikasi olahan jagung menjadi kue, serta pembuatan pakan ikan Lele.

Program bidang kesehatan dilakukan dengan peningkatan hidup sehat, sanitasi, serta MCK. Bidang lingkungan dan infrasturktur yakni  pengelolaan sampah limbah jagung, pembuatan tanaman obat keluarga, dan perbaikan saluran irigasi. Tiwuk dan ibunya merupakan penerima manfaat pembinaan bidang kewirausahaan.

“Kami diajarkan membuat makanan olahan dari jagung oleh Ibu Rosida, dosen Unnes, yang memberikan puluhan resep dan mengajarkan praktek membuat kue,” kenang Tiwuk.

Rosida yang merupakan dosen mata kuliah Jasa dan Produksi mengamini kisah Tiwuk. “Dulu ketika harga panen jagung anjlok, mereka hanya mengolah jagung jadi marning saja. Marning camilan dari jagung yang digoreng dengan bumbu asin,” ujarnya.

Karenanya, Rosida mengajarkan diversifikasi olahan jagung menjadi aneka kue. Seperti egg roll, stick, brownies, bolu gulung dan lain-lain. Tentu saja sebelum diolah menjadi kue, jagung harus dijadikan tepung terlebih dahulu.

Guna menghidupkan program ekonomi dan kewirausahaan warga, Pertamina menyerahkan bantuan berupa mesin perajang sampah, tiga set alat pemipil jagung, tiga set alat pembuat tepung jagung, alat membuat kue dari jagung (kompor, blender, mixer, open) dan alat pembuat kompos Takakura.

“Saya ingat waktu dikasih sumbangan alat, langsung berfikir ini saatnya kita maksimalkan ilmu yang sudah didapat dari Ibu Rosida,” jelas Tiwuk.

Awalnya beberapa kelompok mencoba membuat kue olahan jagung. Tapi lama-kelamaan tumbang. Masalah pemasaran menjadi kendala warga yang ingin mengembangkan makanan olahan jagung. Tantangan tersebut justru dijadikan Tiwuk sebagai batu loncatan untuk maju.

Ia memutuskan keluar dari kerja sebagai buruh pabrik konveksi dan total membantu sang ibu membuat kue sekaligus memasarkannya. Sasaran utama adalah kelompok pengajian, warga yang akan mengadakan hajatan, hingga masuk ke sekolah-sekolah.

“Dulu jualannya masih dikantong plastik Rp5 ribu. Tapi sekarang kami sudah buat kemasan toples seharga Rp40 ribu,” ujar Tiwuk bangga.

Bermula dari modal Rp75 ribu, kini produksi kue yang diberi merek `Patra Sutera` itu setiap bulan mampu mencatatkan omset hingga Rp15 juta. Kesuksesan yang diraih Tiwuk bukan berarti berjalan mulus. Jatuh bangun dialami orang tuanya saat memulai bisnis kue dari jagung.

“Kami pernah mendapat pesanan dari instansi hingga jutaan. Tetapi begitu jadi karena harga nggak cocok ditolak,” kenangnya sambil berkaca.

Tapi hal itu tak membuat Tiwuk putus asa. Bersama sang Ibu, kue pesanan yang dibuat dengan modal hutang tetangga dipasarkan di Asrama Haji Donohudan.

“Saya promosikan ini oleh-oleh khas Boyolasi terbaru selain marning. Alhasil seluruh pesanan ludes,” jelasnya bangga.

Sejak saat itu camilan `Patra Sutera` mulai dikenal di berbagai daerah. Kini sudah merambah ke Bekasi, Jakarta, Batam, Kalimantan dan Papua. Sebagian besar adalah pelanggan yang awalnya hanya mencoba membeli.

Kisah Tiwuk hanyalah segelintir cerita sukses warga yang menjadi sasaran program Desa Binaan Pertamina. Pelatihan kewirausahaan yang terus diajarkan membuat wawasan Tiwuk terbuka luas.

“Cita-cita saya ingin Desa Ketaon menjadi desa  tujuan wisata kampung Jagung dari hulu sampai hilir,” ujarnya.

Ia pun membayangkan mimpinya ketika hal tersebut terwujud. Ketaon saat panen jagung akan menjadi tujuan wisata anak-anak untuk melihat panen jagung, ke tempat pengolahan tepung jagung, pembuatan kue jagung. Sementara di sisi lain, akan ditunjukkan juga tempat pengolahan bonggol jagung menjadi briket, serta pembuatan kompos dari daun dan batang pohon jagung.

“Kalau perlu anak-anak juga diajarkan menanam jagung,” jelas Tiwuk Sumringah.

Bagi Pertamina, program Desa Binaan seperti yang dilaksanakan di Desa Ketaon merupakan salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara memberi kail.

“Dengan kail yang kami berikan, ternyata mampu menggugah semangat masyarakat untuk berusaha,” jelas Manager CSR Pertamina Ifki Sukarya.

Ifki menambahkan, kolaborasi Pertamina dengan Unnes di Desa Binaan bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan dalam aspek kehidupan sehingga terbentuk desa mandiri sekaligus menciptakan hubungan yang sinergis antara masyarakat dan perusahaan.

“Usaha masyarakat setempat nantinya akan kami rangsang dengan pembentukan beberapa kelompok, sehingga bisa menular ke masyarakat lainnya,” pungkas Ifki. (mtreotvnews)