Demak – Tradisi atau budaya do’a bersama seluruh warga desa masih banyak dilestarikan. Salah satunya di desa Trengguli kecamatan Wonosalam ini. Untuk memohon keselamatan seluruh warga desa dari segala mara bahaya mereka berkumpul dan berdoa bersama memohon kasih sayang Allah SWT. Mereka berkumpul di jalan pemukiman dengan membentuk lingkaran seperti orang selametan.
Tradisi ini sudah ada sejak dulu kala ketika leluhur desa babat alas desa ini. Dan kebiasaan ini dilaksanakan ketika ada sesuatu yang harus dilaksanakan berkaitan dengan kondisi desa. Misalnya ada bencana dan juga penyakit yang melanda desa sehingga perlu bersilaturahim untuk berdo’a bersama.
“ Karena musim hujan dan panas yang tinggi sehingga membuat warga desa terganggu kesehatannya . Selain itu ada warga desa yang meninggal secara berurutan. Sehingga ada permintaan warga yang ingin mengadakan do’a bersama atau selametan tolak balak yang bertepatan dengan Jum’at Wage ” kata Pendekar Bercaping /akun FB warga RT 01 RW 10 desa Trengguli pada kabarseputarmuria.
Adapun bentuk selametan tolak balaknya selain berdo’a bersama semua warga membuat bubur merah putih yang sejak lama diyakini sebagai makanan tolak balak. Setelah berdo’a bersama kemudian bubur yang dibuat warga kemudian dibagikan dalam piring dan dimakan bersama sama di tengah jalan kampung.
Selain di RTnya Selametan Tolak Balak ini juga dilakukan semua warga desa Trengguli di masing masing RTnya. Pelaksanaan selametan ini murni permintaan warga dalam rangka tolak balak dan melestarikan adat budaya nenek moyang warga desa Trengguli jaman dahulu. Selemetan ini dilakukan seluruh warga dari orang tua ,remaja sampai anak anak baik pria maupun wanita .