Fadlin (56) Petambak Garam Dari Wedung Demak sedang memanen lahan garamnya

Demak – Petambak garam yang tinggal di kecamatan Wedung mulai menggarap lahan garamnya.Ada yang milik sendiri lahannya ,namun banyak pula yang penggarap atau penyewa. Salah satunya adalah Fadlin (56) warga desa Kedungmutih yang menyewa lahan garam di desa Kedungkarang kecamatan Wedung. Petambak garam ini sudah memanen 17 sak garam di lahan kristalisasi dan seminggu lagi akan menambah lagi lahan kristalisasi.

” Saya sudah mulai membuat garam satu setengah bulan yang lalu jika tidak ada hujan beberapa hari yang lalu mungkin sudah ada tiga lahan kristalisasi.Namun ini baru satu lahan saja Minggu depan paling tidak sudah tambah lagi lahan yang kita panen “, kata Fadlin pada kabarseputarmuria dilahannya Selasa (24/6)

Fadlin mengatakan membuat garam tidaklah sulit dan lama seperti dulu .Saat ini tenaga manusia digantikan peralatan dan mesin.Untuk menaikkan air ke lahan dulu menggunakan tenaga manusia kini digantikan mesin dan baling baling.Selain itu kini di lahan kristalisasi menggunakan teknologi geomembran ( plastik hitam ) sehingga waktu pengkristalan garam lebih cepat dibandingkan jaman dulu.

” Dulu untuk menunggu lahan panen garam bisa sampai tiga bulan lebih dari mulai garap lahan.Kini dengan adanya geomembran waktu panen garam jadi cepat kualitas garam juga lebih bagus . Namun biaya operasional lebih tinggi karena satu rol geomembran harganya mencapai Rp 3 Juta rupiah .Untuk lahan baru paling tidak butuh 3-4 rol “,kata Fadlin

Untuk tahun ini Fadlin tidak membeli geomembran baru karena geomembran lama masih bisa dipakai. Selain itu karena saat ini harga garam rendah harga sewa juga ikut turun.Tahun ini ia menyewa lahan garam Rp 26 juta dari bengkok desa Kedungkarang dan separuhnya digarap orang lain.

” Harga garam saat ini jatuh perzak sekitar 10 ribu ,berapapun harga garam saya tetap membuat garam karena dari garam ini saya bisa menghidupi keluarga ,membuatkan rumah anak,sekolah anak anak semua dari hasil garam ini.Jika harga garam murah ini saya sudah terbiasa”,tambah Fadlin.

Fadlin yang berprofesi sebagai petambak garam menambahkan, ia membuat garam sudah lebih tiga puluh tahun. Ia mengalami harga garam murah di tahun 2020 ini yang hanya Rp 20 ribu setiap kwintalnya.Namun ia juga pernah mengalami harga garam mencapai Rp 300 setiap kwintalnya.

Murah atau mahal harga garam tetap ia jalani seperti tahun ini .Harapannya tahun ini ada kenaikan harga garam agar ia bisa mengembalikan sewa lahan dan biaya operasional dan juga tenaga kerja.

” Ya kalau standar seharusnya harga garam itu ya Rp 40-50 ribu perkwintalnya. kalau lebih keuntungan kita banyak ,kalau dibawahnya kita untung dikit bahkan bisa merugi kalau harga garam dibawahnya “, kata Fadlin menutup sua //MUIN//