Demak – Zainuri (42) biasa dipanggil Zen adalah seorang penyandang disabilitas sejak lahir. Ia tidak bisa berjalan. Namun, Ia tetap semangat menjalani hidup.

Zainuri tetap semangat mencari rizki meskipun terbebani dengan keterbatasan fisik. Meski belum punya istri, Ia tetap bekerja untuk membantu sang Ibu. Ia bekerja menjual kopi keliling dengan motor roda 4 nya, motor ATV. Dengan berkeliling dimulai sejak pagi buta.

“Kalau pagi mangkal di pasar pagi Desa Angin-angin sampai jam 8 pagi. Wah, di situ lumayan hasilnya. Lanjut lagi sore sampai malam. Sitik-sitik ditelateni.” Ucapnya.
Sorenya Zainuri lanjut keliling lagi dan mangkal di Desa Bongkol Indah, tempat pangkalan perahu dan kapal para nelayan. Sore hari adalah waktu para nelayan pulang dan waktu nelayan menjual hasil tangkapannya. Memang, waktu tersebut peluang sangat bagus bagi Zainuri untuk mangkal di tempat itu.

Zainuri adalah warga Desa Kauman Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Ia merupakan penyandang disabilitas sejak lahir. Ia menderita keterbatasan fisik pada kaki, sehingga tidak bisa dibuat berdiri, apalagi berjalan. Untuk kesehariannya, ia lakukan dengan ngesot.

Namun keterbatasan fisik yang ia miliki, ia tidak pernah mengeluh secara berlebihan. Ia tetap berbaur, cangkrukan dengan sesama. Ia tetap ceria dan semangat menjalani hidup dengan caranya sendiri.

“Tidak bisa jalan ya ngesot. Dibuat santai, pede aja. Tidak perlu dibuat susah. Tetap disyukuri pemberian dari Gusti Allah, sepenting awake diparingi sehat.” Katanya saat cangkrukan bareng teman-temanya.

Dalam keseharian, bersosial dengan yang lainnya, ia selalu terlihat dengan ceria, tidak pernah mengeluhkan atas keterbatasan fisik yang ia miliki. Apalagi saat lewat melihat orang yang ia kenal, ia pasti menyapa dengan suara lantangnya. Ia tak pernah minder pada siapapun.

Bekerja sebagai penjual kopi keliling merupakan inisiatif dari teman-temannya. Sekaligus dari mereka ada yang turut memberikan bantuan untuk dibuat modal. Teman-temannya banyak yang perhatian dan ia pun sangat bersyukur dengan apa yang diberikan teman-temannya.

Paginya, ia telah siap keliling dan mangkal di pasar pagi Desa Angin-angin Wedung. Zaenab, Ibunya yang telah membantu mempersiapkan semuanya. Kopi sachet, air panas, gula, gelas cup, dan aneka gorengan, semuanya telah disiapkan oleh sang Ibu.

Sampai kini profesi tersebut masih ditekuni, sekalipun tanggal merah atau hari libur. Menurutnya, tanggal merah atau hari libur merupakan peluang besar untuk mencari rizki. Dari hasil penjualan kopi keliling, Zainuri bisa membantu Ibunya untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Meskipun sangat menguras tenaga dan kadang pembeli sepi, Ia pantang menyerah dan tetap semangat dalam mencari rizki.

Sebelum berjualan kopi keliling, Pria kelaharian 1977 ini ternyata pernah bekerja sebagai kernet mini bus jurusan Wedung-Demak. Lebih dari 20 tahun ia menggeluti profesi sebagai kernet. Waktu yang sangat lumayan lama untuk berjuang mencari rizki.

Bekerja sebagai kernet, Pria dari pasangan Bapak Sholih (Alm) dan Ibu Zaenab ini melakukan pekerjaan yang sangat mengharukan. Meski ia tak bisa berjalan, ia tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai kernet. Ia naik turun bus, mencari penumpang bus dengan cara ngesot.

Terik matahari, goresan yang ada dipantat dan tangan tak membuatnya merasakan perih. Celana sobek sebab gesekan saat ngesot ia hiraukan. Baginya, akan lebih merasakan perih itu jika tidak mau melakukan apa-apa, khususnya berusaha mencari rizki.

Etos kerja yang ia miliki begitu tinggi, suara lantang memanggil calon penumpang bus dan menghampirinya dengan cara ngesot. Ia lakukan dengan profesional seperti kernet pada umumnya. Tak jarang, banyak penumpang yang merasakan haru padanya dengan semangat kerja, meskipun memiliki keterbatasan fisik.

Meskipun ia merasakan dari hari ke hari penumpang angkotan umum semakin sulit penumpang yang disebabkan sudah banyaknya mempunyai kendaraan pribadi. Zainuri tetap tabah dan semangat menjadi kernet.

“Pensiun jadi kernet saja. Lawong, nyari penumpang sekarang susah. Dapat jatah (red: gaji) hariannya pun berkurang.” Katanya saat ia menyatakan pensiun.

Ia sudah pensiun berprofesi sebagai kernet mini bus. Setelah pensiun sebagai kernet, ia putuskan untuk berprofesi sebagai penjual kopi keliling. Hal ini pun dari inisiatif teman-temannya, serta ada yang memberikan bantuan untuk modal.

Sampai kini, Zainuri tetap semangat menjemput rizki dari ikhtiyarnya sebagai penjual kopi keliling untuk membantu memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan Ibunya. Ia tetap semangat dan pantang menyerah berusaha menjemput rizki dengan caranya. Ia berharap orang-orang di sekelilingnya selalu mendukung dan membantu.

Keterangan: Foto hasil jepretan Bang Adhom Wedung