Demak – Sekitar sepuluh tahun yang lalu di desa Kedungmutih hidup seorang hamba Allah yang hidupnya sangat “nyleneh” diluar kenormalan. Namanya Malik putra Mbah Haji Nur Hadi seorang Ulama ndeso pada waktu itu. Namun demikian dibalik kenylenehannya Mbah Malik justru istimewa karena ia dikenal sebagai auliya’ atau Wali Alllah. Dan memberikan gelar wali adalah Habib Lutfi  dari Pekalongan.  { Baca : Mbah Malik Kedungmutih, Wali Nyentrik yang Menjuluki Habib Luthfi Begini }

Setelah membaca tulisan di Badriologi.com diatas kabarseputarmuria mencoba untuk mencari informasi seputar Mbah Malik. Kebetulan saya ketemu Pak Asyrofi salah satu keponakan Mbah Malik. Pak Asyrofi yang alumni MA Qudsiyah putra Mbah Fatimah yang  merupakan kakak Mbah Malik.  Ia sering ketemu dan ngobrol ngobrol dengan pak Liknya  yang nyleneh itu. Bahkan sering ia diberi nasehat  seperti layaknya anaknya sendiri.

Pak Asyrofi memang menganggap pamannya itu memang nyleneh dan tidak sewajarnya di kehidupan sehari-hari. Dalam kesehariannya ia tidak melihat mbah Malik sholat di masjid atau musholla. Selain itu juga jarang di rumah  kadang terlihat juga kadang tidak terlihat. Hoby berkeliling dari tempat satu ke tempat lain.

Nah pada suatu waktu ketika ia lulus MA Qudsiyah ia minta tolong Mbah Maliki untuk sowan ke Habib Lutfi di Pekalongan . Namun Mbah Maliki mengatakan jangan hari ini beliau tidak ada di rumah. Yang ia herankan pada waktu itu belum ada HP namun ia sekan-akan tahu bila Habib Lutfie tidak di rumah. Sehingga iapun mengikuti saja saran Mbah Malik.

Suatu hari tiba-tiba Mbah Malik mendatanginya dan langsung mengajak untuk sowan Habib Lutfi di Pekalongan . Pak Asyrofipun langsung dan mengiyakan perintah Mbah Malik. Dengan naik kendaraan umum akhirnya sampailah mereka berdua di sana . Memang Habib Lutfi di rumah dan langsung menyambut kedatangannya dengan akrab.

“ Saya heran , sesampainya  Mbah Malik di rumah Habib Lutfie  Habib menyambutnya seperti ada pemberitahuan lebih dulu . Padahal pada waktu itu belum ada HP seperti sekarang. Itulah yang menjadi kekaguman saya kepada Mbah Malik “, tutur Asyrofi.

Tidak itu saja pernah suatu waktu ia mengadakan perjalanan dengan mbah Malik . Di suatu tempat habis jajan di warung , ia di  suruh pulang duluan naik kendaraan umum. Mbah Malikpun melanjutkan makan di warung. Namun setelah menempuh perjalanan cukup lama sampai di rumah. Mbah Malikpun lebih duluan sampai di desa Kedungmutih.

“ Itulah sekelumit kenylenehan Mbah Malik yang masih saya ingat . Selain itu ia jarang di rumah kadang terdengar kabar ia di Kendal , di Semarang dan juga di Jakarta . Sehingga kadang ada yang cerita din hari yang sama ada yang mengatakan di Kendal nemun ada yang mengatakan di Jakarta “, tambahnya.

Di akhir hayatnya Mbah Malik bertempat tinggal di rumah putra keduanya di Semarang. Sehingga ketika meninggal dunia beliau di makamkan di Makam umum Bugen Semarang. Mbah Malik mempunyai  dua putra yaitu Mufasiroh dan Arwani. Ia lahirkan di desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak bukan Kedungmalang Jepara. { Muin }