GROBOGAN – BLEDUG..bledug..bledug…blarrr! Demikianlah, suara-suara berisik itu selalu terdengar tiap lima hingga sepuluh detik.
Gelembung lumpur timbul. Mula-mula gelembung kecil, kemudian membesar, dan pecah menimbulkan ledakan disertai muncratnya lumpur bercampur air dan gas.
Pemandangan mengasyikkan itu bisa dilihat saban hari saban waktu di area wisata alam Bledug Kuwu. Spot piknik geologis ini terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Posisinya persis di tepi jalan raya Purwodadi-Kradenan-Gabus. Dari kota Purwodadi, ibukota Grobogan, tempat ini bisa ditempuh sekitar satu jam perjalanan. Akses jalan penghubung sangat baik dan lancar.
Sudah ribuan tahun, malah mungkin puluhan ribu tahun lalu semburan lumpur ini muncul. Tidak ada catatan sejarah tentang Bledug Kuwu, kecuali cerita dari mulut ke mulut tentang legenda Joko Linglung dan Prabu Dewata Cengkar dari Kerajaan Medang Kamulan.
Isinya lebih banyak percampuran fakta sejarah dan mitos. Secara ilmiah kegeologian, fenomena Bledug Kuwu mirip dengan semburan lumpur di sumur Lapindo Sidoarjo. Jika di Sidoarjo, terjadi karena dampak pengeboran sumur minyak/gas, sedangkan di Kuwu diyakini semburan terjadi alamiah.
Dataran Kuwu ratusan ribu tahun hingga jutaan tahun lalu adalah dasar/lantai lautan. Proses pengangkatan kerak bumi menjadikan Kuwi dan wilayah sekitarnya kini jadi dataran luas diselingi perbukitan bergelombang di ketinggian mulai 50 mdpl.
Gelembung dan ledakan lumpur yang mengikutinya merupakan fenomena alam yang disebabkan terkumpulnya gas di perut bumi yang kemudian terdesak ke permukaan.
Gas itu terdiri solfatara (H2S) dan mofet (CO2) yang muncul akibat proses kimawi mineral yang menerima panas.
Reaksinya timbul gas, dan ini persis proses terjadinya gunung berapi. Keluarnya lumpur menunjukkan gas mencari jalan keluar dari perut bumi, mendesak bagian paling mudah diterobos yaitu yang mengandung air dan tanah lempung gampingan.
Hal menarik dari Bledug Kuwu, ada kandungan garam di lumpur yang menyembur.
Mengapa ada garam? Ya, karena material yang disemburkan adalah endapan hasil erosi lapisan Kuwu, bekas lantai lautan sangat luas jutaan tahun lalu.
Sebenarnya spot semburan lumpur dan gas di Grobogan tak hanya Bledug Kuwu, tapi ada juga Kesongo di Kecamatan Sulursari, Buran Banjarejo di Desa Banjarejo. Kemudian Desa Jono, Tawangharjo, sumur Crewek dan Banjarsari, serta Ngaringan.
Secara kasat mata, di Bledug Kuwu ada sekurangnya tiga titik semburan, dengan titik di tengah yang disebut masyarakat setempat sebagai Jaka Tuwa, mengeluarkan letupan paling besar dan terus menerus.
Sumber : Tribun