Mbah Karsum petani dari desa Gerdu Jepara mengairi benih padinya MT 3
Jepara – Bulan September 2024 sudah memasuki puncak musim kemarau biasanya petani berhenti tanam padi menunggu turun hujan kembali. Namun bagi mbah Karsum warga desa Gerdu kecamatan Pecangaan bulan ini ia mulai membuat pembenihan padi. Meski harus memompa air dari sungai namun hal tersebut tidak menjadi halangan.
Sungai yang mengalir dari Pecangaan menuju ke desanya saat ini masih ada airnya karena dibendung ketika bertemu sungai SWD2. Meski tidak begitu tinggi debitnya namun ketika masih bisa dipompa ke sawah akhirnya ia memutuskan membeli bibit padi seharga Rp 300 ribu. Kemudian bibit itu ditebarkan dibagian ujung sawahnya yangh dekat tanggul sungai.
“ Ya yang namanya petani rugi sudah biasa kalau tidak modal nekat kayak begini ya tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Contoh ini ada air meski sedikit kita manfaatkan untuk buat pembenihan padi “, kata Mbah Karsum yang sudah puluhan tahun menjadi petani. Minggu 8/9/2024.
Benih padi yang ditanamnya kurang lebih berusia 10 hari , rencananya akan di pindah atau dijarangkan sekitar 14-16 hari. Ia berharap dalam jarak waktu setengah bulan ke depan sudah ada hujan. Sehingga tanaman padi yang dipindah langsung mendapatkan air dan tidak mengalami kekeringan.
“ Biasanya bebih padi di jarangkan atau ditanam kembali ke lahan sawah maksimal 26 hari . Kalau terlalu lama atau tua ya kurang bagus pertumbuhannya . Mudah mudahan setengah bulan lagi turun hujan air sungai naik sehingga bisa untuk “mbanyoni “ sawah “, harap mbah Karsum.
Mbah Karsum pada kabarseputarmuria mengatakan , sejak muda ia sudah menggarap sawah . Untuk menghidupi keluarga hanyalah hasil dari menggarap sawah . Jika dihitung ia menggarap sawah sudah lebih 35 tahun . Selain mempunyai lahan sendiri setiap tahunnya ia juga menyewa lahan atau system bagi hasil dengan orang lain.
“ Tahun ini saya menggarap di tiga tempat . Ini lahan milik saya sendiri dan ada 2 lagi lahan milik orang lain yang saya garam dengan system bagi hasil (maro). Tahun ini panen pertama hasilnya kurang bagus karena kebanjiran dan juga angin. Sedangkan panen yang kedua hasilnya bagus sedangkan yang ketiga ini belum tahu kalau air cukup ya bagus “, harap mbah Karsum.
Petani dulu dan sekarang menurut Mbah Karsum lebih enak dahulu terkait dengan urusan pupuk. Dulu pupuk harganya murah dan membelinya mudah . Selain itu mutunya juga bagus dipupuk sedikit saja hasilnya kelihatan bagus. Sekarang selain harganya mahal juga belinya sulit selain itu mutunya kurang bagus pupuknya harus banyak.
Meskipunmenjadi petani sekarang susah namun karena profesinya sejak dulu hingga sekarang dan tidak ada pekerjaan lain. Maka pekerjaan ini tetap dijalani hingga saat ini . Meskipun untungnya tidakm begitu banyak namun dihati lebih tenteran kalau melhat tanaman padi tumbuh bagus. Apalagi jika hasil panen bagus dan harganya tinggi.
“ Kalau yang panen akhir ini hasilnya bagus dan harganya tinggi . Kemarin dibeli borongan Rp 12 juta . Biaya operasionalnya ya paling Rp 5 jutaan. Ya untungnya lumayan karena tidak dipotong sewa lahan saya sendiri. Kalau lahan sewa ya untungnya masih dikurangi biaya sewa “, pungkas Mbah Karsum. ( Pak Muin )