SEMARANG – Dibalik megahnya Ibu Kota Jawa Tengah ternyata masih ada wilayah terpinggirkan yang masyarakatnya tidak berkesempatan menikmati lezatnya daging qurban. Wilayah tersebut adalah Kampung Sleko yang berada di area Kota Lama, Semarang Utara, Kota Semarang.

Warga di sana meninggali rumah-rumah petak di sepanjang jalan pinggiran Kali Semarang. Di kampung tersebut juga terdapat bangunan kuno bersejarah peninggalan Belanda bernama Menara Syahbandar, atau dikenal dengan Menara Sleko yang sudah berdiri sejak tahun 1825.

Pada perayaan idul qurban tahun ini, tidak seperti perayaan hari raya di tahun-tahun sebelumnya kata Massrinah selaku warga Sleko yang sudah bermukim belasan tahun di sana. “Tahun ini cuma melihat dua ekor sapi lewat di depan rumah, saya kira ada yang qurban ternyata untuk kampung sebelah,” tuturnya.

Pada perayaan idul qurban di tahun sebelumnya Kampung Sleko mendapat satu ekor kambing bantuan dari Masjid Kauman untuk dibagi kepada sekitar 55 KK warganya. “Mungkin karena efek pandemi tahun ini jangankan mendapat qurban, bau harum masakan daging saja enggak tercium karena memang sekampung tidak ada yang dapat daging,” ungkap Massrinah.

Melihat kurang meratanya pendistribusian qurban di beberapa wilayah menggerakkan Global Qurban dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk berbagi daging qurban hingga pelosok Jawa Tengah.

Septi Endrasmoro selaku Kapala Cabang ACT Jateng mengatakan pada momen idul qurban tahun 1442 hijriah Global Qurban – ACT mendistribusikan amanah sebanyak 192 ekor sapi di yang tersebar di puluhan Kota-Kabupaten di Jawa Tengah.

“Pemotongan dilakukan sejak hari tasyrik pertama hingga hari tasyrik ketiga sementara penerima daging qurban kita prioritaskan untuk wilayah minus qurban, pondok pesantren dan masyarakat urban yang terpinggirkan,” ucapnya.

“Untuk wilayah Semarang sendiri, pendistribusian meluas di pinggiran kota Seperti Perkampungan Pemulung Jatibarang di Mijen, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan Tugu, Kecamatan Gunung Pati, kalau di pusat Kota seperti Kampung Sleko, kompleks cagar budaya Sobokarti, hingga Kampung Nelayan Tambaklorok, dan sekitarnya,” imbuh Septi.