Demak – Mendengar kata kuburan, tentu persepsi mistis & menyeramkan seketika membuat bulu kuduk merinding. Namun hal itu tidak berlaku pada beliau Mbah Ngatmin yang mbau rekso pemakaman Umum desa Purwosari kecamatan Sayung kabupaten Demak.
Sosok Mbah Ngatmin di desanya bak artis karena sebagian desar warga desa Purwosari, kecamatan Sayung Kabupaten Demak pasti kenal Sosok Mbah yang dedikasinya patut diapresiasi selayaknya orang terkenal.
Kepeduliannya terhadap keberadaan makam/ kuburan di wilayah RW III Desa Purwosari pun tidak di ragukan lagi.
” Iyaa,. Mbah Min biasa kami memanggilnya si Mbah dengan 1 istri, 6 anak dan 22 cucu, ini memang bau tanah kuburan, (bagaimana tidak bau tanah kuburan bila Mbah ini setiap harinya memang bersahabat dengan tanah kuburan, karena setiap hari memang beraktifitas di kuburan tepatnya di kuburan Setro kidul.) berarti secara otomatis saat ini kuburan sudah menjadi rumah keduanya.” Kata Misbahul Munir El Misbah warga Purwosari pada kabarseputarmuria.
Mbah Ngatmin kalau dihitung sudah puluhan tahun beliau menjadi “yang punya kawasan” (kuburan). Sebelum Misbahul menjadi pengurus karang taruna, kemudian ketua RT 2 (dua) periode dan bahkan sekarang jadi ketua RW pun Mbah Min masih saja tetap saja setia dengan profesinya saat ini.
” Di umurnya yang sudah berkepala delapan, beliau tetap terlihat semangat menjalani rutinitasnya. Sesekali beliau tampak lelah, stamina yang selalu berkurang setiap harinya. Tapi itu langsung sirna ketika kewajiban “ngrekso kuburan” memanggilnya. ” tambah Misbahul yang Ketua RW di desa Purwosari.
Menurut Munir kondisi “kuburan” setro kidul sempat memprihatinkan bahkan terancam punah ketika rob/abrasi “menyerang” kecamatan Sayung dan sekitarnya
Untunglah pada tahun 2020 ada program normalisasi disepanjang sungai dari Purwosari s/d Deles . Tanah/ lumpurnya di alihkan ke area makam semuanya.Di tambah pada tahun 2021 ada program dari Desa Purwosari yaitu peninggian makam. Dananya diambilkan dari gaji/tunjangan Kades sebagai komitmen ketika pencalonan menjadi kepala desa .Diantara komitmen adalah ia tidak mau mengambil gaji, tunjangan, bengkok. Dana tersebut semua diperuntukkan untuk masyarakat desa Purwosari.
Meskipun sudah sepuh dari segi usia semangat Mbah Ngatmin dalam bekerja patut diacungi jempol. Ia mau hidup bergantung pada orang lain, tak mau menyusahkan anak dan cucu cucunya.
Ditambahkan Munir sejak ia menjabat sebagai Ketua RW pada bulan Agustus 2019 praktis Mbah Min sering berinteraksi dengannya. mulai dari koordinasi untuk peralatan kubur seperti perangnya (arit/ sabit, pacul/ cangkul, palu, dsb,. ) bahkan sampai yang serius mendiskusikan Masalah negara (ke-RW-an) atau program ke RW-an mengenai bagaimana menciptakan “kuburan” yang bersih, sejuk, nyaman dan enak dipandang mata.
Saat ini Mbah Min merupakan satu-satunya “Volunteer/ relawan kampung” yang diangggarkan oleh pengurus RW III Desa Purwosari. Jumlahnya juga tidak lebih dari separo dari UMK Kota Semarang ditahun 2021 ini.
” Meskipun begitu beliau merasa bersyukur karna itu bukan satu satunya harapan nya ketika menjadi “penguasa” kuburan, yang terpenting bisa bermanfaat dan diberi kesempatan untuk “mengabdi” di desa dirinya sudah bangga.” kata Misbahul Munir lagi.
Terkait pekerjaan yang menurut banyak orang menyeramkan, namun bagi Mbah Min ini merupakan amanah yang harus dijalankan apalagi selama ini keluarga pun mendukung mbah Min .
Dari pengalamannya selama ini, ada saja cerita-cerita mistis yang kerap beredar hingga membuat banyak orang penasaran.
Mbah Min mengaku tidak pernah bertemu ditemui secara langsung makhluk halus atau hantu seperti yang dikira banyak orang.
Karena sebelum beraktifitas di kuburan beliau selalu mendoakan mereka dan ikhlas dalam menjalani aktivitasnya, jadi itulah kenapa beliau tidak pernah diganggu. (Muin)