Demak – Musim penghujan telah tiba petambak garam yang ada di desa sentra Garam di kabupaten Demak siap siap untuk istirahat memanen garam. Namun bagi anggota Koperasi Garam ROMA desa Kedungmutih tibanya musim penghujan justru bersiap siap untuk membuat Rumah Garam Industri (RGI).
Musa Abdillah Petambak garam asal desa Kedungmutih kecamatan Wedung yang juga Ketua Koperasi Primer Garam ROMA ( Roda Abadi Bersama) mengatakan , sisa sisa air tua di lahan sehabis musim garam masih bisa dimanfaatkan untuk membuat garam di musim penghujan.
Dengan teknologi baru yang dipatenkan oleh pakar garam Dr.Ir. Sudarto,MM dari Kemenperindag petambak garam kini bisa membuat garam di musim penghujan dengan system RGI. RGI adalah lahan garam mirip kolam yang dibuat dari media Isolator sebagai dasarnya dan dibuat beratap mirip rumah.
Lahan tersebut diisi dengan air tua sekitar 24 derajat be kemudian di uapkan secara terus menerus . Ketinggian air tua sekitar 30 -50 cm dengan penguapan yang terus menerus maka garam akan mengumpul di dasar kolam . Garam garam tersebut akan terus bertambah sehingga bisa dipanen sewaktu –waktu.
“ Tahun lalu kami sudah membuat satu lahan percontohan dan hasilnya cukup bagus . Dengan panjang kolam 25 meter dan lebar 3,25 meter satu tahun bisa di panen garam sekitar 3,5 ton dengan harga kisaran per kwintalnya minimal Rp 300 ribu “, kata Musa Abdillah.
Adapun untuk membuat RGI satu paket membutuhkan biaya sekitar Rp 15 juta . Biaya itu diantaranya untuk persiapan lahan , pembelian bamboo dan juga media isolator. RGI yang telah jadi tersebut bisa bertahan minimal 3-4 tahun. Tahun 2019 ini ia menambah lagi 3 RGI dilahan garamnya.
“ Kalau dihitung jumlahnya memang besar , namun setelah melihat kualitas garam dan hasil garam maka kami memutuskan untuk menambah tiga RGI . Kami berharap petambak garam lain yang belum menerpkan teknologo baru ini bisa belajr disini “, katany lagi.
Musa menambahkan di desa Kedungmutih ini sudah ada Perkumpuln Produksi Garam Industri binaan Pak Sudarto dari Perindag pusat. Tahun ini ada 15 petambak garam yang sudah menghasilkan garam Industri dengan kadar Na Cl di atas 95 persen. Setidaknya di gudang garam Koperasi ada 250 ton garam industry.
“ Nah dengan situasi stok garam yang melimpah saat ini dan harga garam yang cenderung selalu turun . Maka Solusinya adalah membuat garam standar Industri . Dari garam Industri ini terbagai bermacam macam ada yang masuk ke makanan , kimia dan juga Pharmasi “, tambah Musa.
Dengan pembuatan RGI ini Musa mengatakan , petambak garam bisa membuat garam tidak hanya kemarau saja namun juga dimusim hujan. Jika semua petambak garam menerapkan teknologi ini maka ke depan Indonesia akan tercukupi kebutuhan akan garam Industri .
Saat ini Indonesia masih import garam karena kualitas industry belum bisa dipenuhi oleh petambak garam Indonesia. Oleh karena itu ia mengajak petambak garam untuk bergabung dengan komunitasnya membuat garam Industri khususnya pharmasi lewat RGI.
“ Saat ini komunitas kami sudah bisa membuat garam kualitas industry dilahan mediaisolator seperti yang sebelah sana. Kalau RGI ini kami buat khusus untuk membuat garam Industri yang masuk ke Pharmasi “, kata Musa Menutup sua.(Muin)