Demak – Salah satu desa yang mempunyai area persawahan cukup luas adalah desa Mutih Kulon kecamatan Wedung. Namun tidak semua pemilik lahan menggarap sawah miliknya karena keterbatasan waktu dan tempat. Oleh karena itu banyak warga yang tidak mempunyai lahan sawah ,namun setiap tahun bisa menghasilkan padi untuk menghidupi keluarganya.

Salah satu warga desa Mutih Kulon yang tak punya lahan sendiri namun setiap tahun bisa menggarap sawah adalah Pak Maslekan warga gang Tengah. Ia setiap tahun minimal menggarap sawah 2 bau dengan cara sewa lahan milik orang lain. Dari menggarap sawah itulah ia bisa menghidupi keluarga.

“ Ya yang penting ada modal untuk sewa tidak punya sawah ya bisa bisa garap sawah . Tinggal pilih di blok mana yang disewakan . Cocok harganya ya kita sewa seperti ini saya sewa diblok Kedondong desa Mutih Kulon”, kata Maslekan pada kabrseputarmuria Selasa 7/5/2024

Maslekan mengaku menggarap sawah di blok kedondong ini sudah beberapa tahun. Untuk hasilnya MT 1 tahun 2024 ini hasilnya kurang bagus . Dari lahan 1 bau biasanya bisa dapat 90-100 zak gabah basah . Pada panen pertama hanya mendapat 40 zak sehingga dari perhitungan usaha mengalami kerugian.

“ Untuk MT 1 kali ini hasilnya kurang bagus , padi tidak berisi penuh banyak yang kosong. Sehingga hasilnya kurang dari separuh. Kalau dihitung dari pengeluaran dan hasil ya rugi namun tidak banyak . Mudah mudahan bisa tertutupi tanam gadu atau MT 2 “, tambah Maslekan.

Biaya garap lahan sawah 1 bau menurut Maslekan sekitar Rp 23 Jutaan. Biaya tersebut diantarnya untuk sewa lahan , beli bibit , biaya garap terdiri persiapan , tanam dan panen. Selain itu masih ada biaya untuk pupuk dan obat obatan dan juga pengairan sawah.Semua itu harus dikeluarkan.

“ Ya panen kemarin hanya dapat 40 zak biasanya satu zak 70 kg . Kalau harga perkwintal Rp 600 ribu kemarin dapat Rp 17 jutaan . Kalau normal biasanya dapat 90 zak sehingga kali ini kita rugi  sedikit . Kalau normalnya bisa dapat dua kali lipat jadi satu kali panen bisa dapat hasil Rp 7 – 8 juta “, terang Maslekan.

Sebagai penyewa sawah Maslekan mengatakan jika kondisi tanaman bagus tidak terkena musibah banjir atau kekeringan menggarap sawah banyak untungnya. Meski keuntungannya tidak banyak namun bisa untuk menyambung hidup. Itulah mengapa meski ia tidak punya lahan sawah namun setiap tahunnya selalu terjun ke sawah.

Sebagai petani ia berharap pemerintah menyediakan sarana prasarana untuk kelangsungan usaha petani. Misalnya tersedianya pupuk dengan mudah dan harga yang terjangkau. Selain itu juga tersedianya air untuk pengairan yang cukup. Terutama untuk MT II yang mengandalkan air simpanan dari sungai.

“ Kalau MT II biasanya kendalanya kekurangan air , ya sebagai petani usul bagaimana air untuk pengairan sawah tercukupi. Biasanya kalau air kurang yang dapat air dari atas sana yang ngurus kelompok tani “, harap Maslekan. (Pak Muin)