Jepara – Tahun ini produksi garam rakyat di area Jepara dan Demak turun dibandingkan produksi tahun yang lalu. Hal itu disebabkan musim kemarau yang basah atau banyak hujan. Sehingga waktu garap lahan garam sangat pendek . Untung ada teknologi geoisolator meski ada hujan tetapi petambak garam masih bisa panen

Nurudin petambak garam yang menggarap lahan garam desa Panggung kecamatan Kedung pada kabarseputarmuria mengatakan, hasil produksi garam di lahan yang ia garap tahun ini tidak ada separuhnya dibandingkan tahun yang lalu . Namun untuk harganya memang lebih tinggi tahun ini.

“ Kalau untuk hasil produksi tahun ini kalah dibandingkan tahun yang lalu . Tahun ini sekitar 40 persemn dibandingkan tahun yang lalu . Namun untuk perolehan uang lebih banyak tahun ini karena harga garam lebih tinggi dibandingkan tahun lalu”, kata Nurudin warga Demak yang menyewa lahan garam di Jepara.

Untuk harga garam tahun ini awal panen perkwintalnya sekitar Rp 80 ribu . Harga garam terus melonjak ketika cuaca mulai mendung dan hujan. Harga terus naik mencapai Rp 150 ribu sampai akhir panen perkwintalnya mencapai Rp 250 ribu . Seiring dengan terus berkurangnya stok garam di gudang petani harga garam terus naik.

“ Ada yang memperkirakan harga garam tahun ini bisa mencapai Rp 300 ribu perkwintal seperti tahun 2017 . Sehingga bagi petambak garam yang mempunyai simpana garam akan dapat untung besar tahun ini “, tambah Nuruddin.

Dengan tingginya harga garam menurut Nurudin harga sewa lahan garam tahun depan juga naik drastic. Oleh karena itu bagi pemilik lahan garam tahun ini cukup gembira karena lahan garamnya hasil sewanya ,melonjak tinggi dibandingkan tahun yang lalu. ( Pak Mu’in )